06 May 2012

Liverpool kalah 2-1

Liverpool kalah 2-1 dari Chelsea semalem. Hehe.. gaya ngomongnya udah kayak penggemar bola aja nih. Bukan kok, bukan, yang mau kuceritain adalah betapa nggak ngertinya aku sama bola. Suamikulah yang sesungguhnya penggemar bola, dan ini salah satu perbedaan kami yang sangat mencolok. Dia datang ke dapur dengan kecewa, "Jagoanku kalah."

     "Ya.. masih ada kesempatan lain kali." jawabku santai sambil terus mengulek bumbu urap.
     "Iya tapi kalau terlalu sering kalah ya gimana nih."
     "Ganti jagoan aja, yang menangan?" Saranku tetap santai.
     "Ganti jagoan?" dia berhenti sebentar, "Nggak kepikiran mau ganti jagoan."
     "Lha dulu kenapa milih Liverpool?" tanyaku.
     "He he, kenapa ya... good question! Nggak tau ya kenapa."
     "Dulu, kenapa milih aku jadi istri?"
     "O... kalo itu ya tau rek."

     Pembicaraan di dapur terus berlanjut sambil menyiapkan nasi urap dan ikan asin. Kami berusaha mencari tahu, kenapa ya supporter bola bisa punya ikatan begitu kuatnya dengan tim yang didukung? Seperti ada sesuatu yang menghubungkan. Biarpun jagoannya kalah, biarpun susah tetap didukung. Bahkan di banyak tempat, termasuk Indonesia, ribuan orang seperti rela mati demi bisa memberi support pada tim andalan mereka.
    
     Kenapa saya bilang mereka rela mati? Lihat saja kalau mereka berbondong-bondong pergi menonton pertandingan, tidak jarang yang tewas dalam perjalanan ataupun di tempat pertandingan. Entah itu karena terinjak-injak, tertimpa pagar stadion, kena lemparan batu, atau kecelakaan-kecelakaan konyol dalam perjalanan. Di TV, masih juga ada berita seperti itu. Terakhir mendengar berita ini 2 bulan lalu ketika Persebaya berhadapan dengan Persibo di Bojonegoro. 4 supporter tewas, bahkan 3 di antaranya ditemukan sudah meninggal di Lamongan, salah satunya akibat tersangkut kawat listrik karena duduk di atap kereta, dll.
    
     Hal-hal seperti inilah yang membuat saya heran luar biasa, kenapa begitu banyak orang rela menempuh bahaya demi menyemangati tim jagoannya?
     "Hm, banyak faktor yang mempengaruhi. Hubungan atau perasaan ada hubungan itu bisa terbentuk karena berbagai alasan." begitu kata suamiku. "Ada beberapa pemain Liverpool yang kusuka gaya mainnya, tapi di tim lain juga ada yang kusuka kok."
     "Lha trus kenapa memilih Liverpool?"
     "Supporter yang menyuport tim lokal di tempat tinggalnya bisa jadi merasa ada ikatan kedaerahan. Merasa ada kekerabatan atau entah bagaimana bisa masuk di hati. Biarpun timnya bukan termasuk yang hebat tapi tetep aja pendukung dari daerah asalnya sangat banyak. Apalagi kalau pertandingan itu diadakan di tempat mereka, mereka bisa kompak sekali datang ke stadion untuk memberi dukungan. Nah, bisa jadi mungkin aku suka Liverpool karena pernah tinggal di Inggris dan merasa kenal aja."
     "Oh... begitu to..." Inilah bagian dari usaha kami untuk saling memahami. Semua itu bisa dikomunikasikan, walaupun tetap saja ada hal yang tidak saya mengerti juga. Sekarang saja saya masih bingung kalau ikut nonton pertandingan sepak bola. Puluhan orang lari-lari di lapangan memperebutkan sebuah bola. Bola ditendang ke sana ke mari, dikejar-kejar sampai ada yang jatuh jumpalitan bahkan cedera. Trus yang nonton ribuan orang dengan wajah tegang. Belum lagi kalau ada yang ribut. Polisi pun diturunkan ke barisan penonton untuk menjaga keamanan.
      Biarpun saya nggak ngerti-ngerti juga soal perbolaan, nggak pa-palah. Dan saya pun bersyukur kalau suami saya suka bola pun dia masih bisa mengendalikan diri. Dua minggu lalu sempat kepikiran mau ke Polandia untuk menghadiri UEFA Euro 2012, saya dukung. Tapi setelah melihat-lihat harga tiket pesawat sudah mahal, dan tiket pertandingan juga belum tentu bisa dapat karena masih akan diundi, ya sudah kami batalkan. Hehe... itu namanya bisa menahan hawa nafsu.

Gini lho kalau lagi nonton pertandingan di internet

Ini dia urapnya siap dimakan. Wenaaak!






No comments:

Post a Comment