Pertanyaan klasik biasanya kalau orang belum mengenal harga barang. Entah karena sebelumnya belum pernah atau sudah lama tidak membeli barang tersebut, ataupun orang yang baru saja pindah ke suatu daerah baru. Jawabannya bisa beragam, tergantung orang yang menjawabnya, misalnya:
- Tipe langsung pada jawaban. Ini jawaban enak dan praktis, tidak merepotkan penanya maupun penjawab.
- Oh murah ini. → Masalah selesai, barang langsung dibeli.
- Kemahalan itu. → Jawaban ini membagi si penjawab menjadi 5 kategori:
- Tipe salesman. "Ayuk kuanterin ke toko langgananku, lebih murah di sana."
- Tipe penggemar diskonan. "Itu merk mahal, tunggu diskonan aja."
- Tipe petualang. "Itu mahal tapi nggak bagus-bagus amat. Aku udah coba pakai merk B, C, D, .... cobain aja satu-satu."
- Tipe fleksibel. "Durian mahal, gimana kalau beli jeruk aja?" atau, "Daun pisang mahal, pakai daun jeruk aja." Lho???
- Tipe mesin penjawab. Tidak ada solusi, cuma menjawab pertanyaan.
- Tipe dosen. Jawabannya bikin orang mikir keras kayak lagi kuliah:
- Harga murah atau mahal itu tergantung dari mana kamu melihatnya. Apakah kamu mementingkan kualitas? Kalau barang bagus ya harganya pantas lebih tinggi, itu tidak mahal. Kalau kamu tidak mementingkan kualitas, ya kamu akan merasa harga itu terlalu mahal, toh ada yang lebih murah dengan fungsi yang sama.
- Yang ke dua, apakah memang kamu memerlukan barang itu? Untuk sesuatu yang memang dibutuhkan, saya kira tidak ada yang terlalu mahal untuk dibeli. Harga yang kamu bayar akan berganti dengan peningkatan kualitas hidup. Tapi untuk barang yang tidak berguna, seribu rupiah pun menurut saya sudah terlalu mahal.
- Yang ke tiga, sesuaikan dengan tingkat penghasilanmu. Makan di restoran setiap siang untuk orang-orang tertentu tidak mahal, tapi kalau kamu karyawan baru dengan gaji UMR ya sesuaikanlah. Mungkin saja tetap bisa, uangnya cukup, tapi apa nggak perlu menabung untuk hari depan?
- Yang ke empat, itu tergantung dari lokasi di mana kamu membelinya. Seikat sayur kangkung di Norwegia harganya sekitar 30 NOK adalah wajar. Karena mereka mengimpor sayuran semacam itu dari Asia. Dan untuk penghasilan rata-rata di sana, harga segitu terjangkau secara umum. Tapi kalau harga segitu diterapkan di Surabaya, sungguh amat sangat kemahalan bukan kepalang. Kamu tau kan berapa itu 1 NOK? Nah itu... bla-bla... wah dapet kuliah ekonomi nih.
- Yang ke lima, lihatlah bagaimana proses produksinya. Apakah mereka menggunakan bahan-bahan yang baik? Apakah mereka membuang limbah secara aman bagi lingkungan? Apakah mereka memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan para karyawan? Kalau semua itu mereka lakukan dengan baik, maka harga tinggi sangat pantas untuk diterapkan. Tapi kalau mereka, misalnya, menggaji karyawannya saja secara tidak layak, maka berapapun harga barang yang mereka jual tidak layak kita bayar.
- Yang ke enam, ...
No comments:
Post a Comment