16 August 2015

Renungan Hari Kemerdekaan, 17 Agustus 2015

Posting kali ini ditulis oleh suamiku untuk renungan hari kemerdekaan, 17 Agustus 2015.
Selamat merenungkan!

Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.(Efesus 4:28). Silahkan teman-teman membaca secara lengkap juga ayat 17-32

Hal yang nampaknya ‘sederhana’ ini, sebenarnya sangat penting, sehingga di ayat 17 Paulus mengatakan: Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan. Ayat ini adalah bagian dari petunjuk pelaksanaan (juklak) yang down to earth J’ bagi orang percaya, yang tertulis di ayat 25-32. Sedang ayat 17-24 adalah bagian yang up to heaven J yang merupakan pondasi dari ayat 25-32, mengapa kita melakukan hal-hal tersebut. Kita melakukan hal ini karena kita bukanlah: orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia (ayat 17).
Saya pikir pernyataan Paulus tersebut sudah sangat jelas, janganlah ia mencuri. Mencuri = klepto ( bahasa Yunani berarti mengambil secara diam-diam/tanpa diketahui orang lain, dipakai juga dalam istilah kleptomania). Apa saja bisa dicuri, misalnya barang, uang, dan waktu. Salah satu jenis mencuri yang populer saat ini saya pikir adalah korupsi. Korupsi adalah memanfaatkan dengan tidak semestinya (mengambil tanpa ketahuan=mencuri) sumber daya yang dimiliki oleh suatu institusi untuk kepentingan pribadi. Saya tidak perlu memberikan data di sini, teman-teman sudah tahu bahwa korupsi adalah salah satu masalah yang parah di negara kita. Sebagai alumni di tempat kerja kita masing-masing, dengan tidak melakukan korupsi di antara rekan-rekan kerja yang korup, saya kira sudah menjadi sedikit terang di tengah kegelapan. Apalagi kalau kita berani menentang praktek korupsi yang terjadi.
            Larangan itu disertai dengan perintah ‘baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri’. Bekerja keras = kopiao (bahasa Yunani yang berarti bekerja dengan usaha yang bisa membuat orang merasa lelah atau bosan). Di sini saya pikir Paulus menekankan pada berusaha dengan ketekunan dan keuletan. Paulus tidak ‘ngomong doang’ tentang hal ini. Dia juga bekerja, dia adalah seorang tukang kemah (KPR 18:23). Dia bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya (1 Kor 4:12).
Dengan tangannya sendiri: tangan = cheir (bahasa Yunani, yang  digunakan juga menggambarkan ‘tangan’ Allah yang bekerja menciptakan alam semesta dan segala isinya). Kita yang diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, diberikan kreativitas dan intelektualitas yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Manfaatkanlah semua potensi yang Tuhan sudah berikan itu sebaik mungkin dalam pekerjaan kita.  
Ada yang mengatakan jangan kerja keras, tapi kerja cerdas. Saya pikir dua hal tersebut saling melengkapi. Kalau kita membaca biografi orang-orang yang dikenal memiliki intelektual tinggi, misalnya dalam bidang sains, mereka adalah orang-orang yang ulet dan bekerja keras menggunakan kecerdasan mereka untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan kecerdasan (kreativitas dan intelektualitas) yang Tuhan berikan disertai dengan ketekunan dan kesungguhan, kita akan menghasilkan suatu karya yang luar biasa melalui pekerjaan kita. Saat ini nampaknya semangat kerja keras dan cerdas ini mulai luntur dari bangsa kita ini. Orang maunya instan, tidak mau berpikir dan berusaha, maunya cepat kaya kadang dengan menghalalkan segala cara. Melalui kerja keras dan cerdas kita bisa menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar kita.
Tujuan dari bekerja keras tadi adalah : supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Saya pikir ini adalah hal yang luar biasa. Bekerja keras bukan untuk memenuhi hawa nafsu pribadi seperti orang yang tidak mengenal Allah, tetapi untuk bisa berbagi kepada yang berkekurangan. Saya pikir ini bisa dibilang juga sebagai semangat gotong royong. Yang bisa mengerjakan dan menghasilkan lebih, membantu yang kurang mampu. Bangsa kita kelihatannya saat ini juga mulai kehilangan hal ini. Entah mungkin keadaan yang semakin berat membuat orang makin egois, makin tidak bisa mempercayai orang lain.
Sebagai penutup, berkaitan dengan 17 Agustus 2015 – 70 tahun Indonesia merdeka, sumbangsih apa yang bisa kita berikan untuk bangsa ini. Saya pikir mulai dari bentuk yang ‘sederhana’, kita bisa melakukan apa yang Paulus tuliskan di atas. Di tengah kondisi yang sulit saat ini, marilah tidak korupsi, bekerja keras dan cerdas, untuk berbagi dan menginspirasi orang-orang di sekitar kita. Tuhan menyertai kita semua. Salam dan doa, halim, tf-94

No comments:

Post a Comment