Posting kali ini ditulis oleh suamiku untuk renungan hari kemerdekaan, 17 Agustus 2015.
Selamat merenungkan!
Selamat merenungkan!
Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia
bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri,
supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.(Efesus
4:28). Silahkan teman-teman membaca secara lengkap juga ayat 17-32
Hal yang nampaknya ‘sederhana’
ini, sebenarnya sangat penting, sehingga di ayat 17 Paulus mengatakan: Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan. Ayat ini adalah bagian
dari petunjuk pelaksanaan (juklak) yang down
to earth J’
bagi orang percaya, yang tertulis di ayat 25-32. Sedang ayat 17-24 adalah
bagian yang up to heaven J
yang merupakan pondasi dari ayat 25-32, mengapa kita melakukan hal-hal
tersebut. Kita melakukan hal ini karena kita bukanlah: orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia
(ayat 17).
Saya pikir
pernyataan Paulus tersebut sudah sangat jelas, janganlah ia mencuri. Mencuri = klepto
( bahasa Yunani berarti mengambil secara diam-diam/tanpa diketahui orang lain, dipakai
juga dalam istilah kleptomania). Apa
saja bisa dicuri, misalnya barang, uang, dan waktu. Salah satu jenis mencuri yang
populer saat ini saya pikir adalah korupsi. Korupsi adalah memanfaatkan dengan
tidak semestinya (mengambil tanpa ketahuan=mencuri) sumber daya yang dimiliki
oleh suatu institusi untuk kepentingan pribadi. Saya tidak perlu memberikan
data di sini, teman-teman sudah tahu bahwa korupsi adalah salah satu masalah
yang parah di negara kita. Sebagai alumni di tempat kerja kita masing-masing,
dengan tidak melakukan korupsi di antara rekan-rekan kerja yang korup, saya
kira sudah menjadi sedikit terang di
tengah kegelapan. Apalagi kalau kita berani menentang praktek korupsi yang
terjadi.
Larangan
itu disertai dengan perintah ‘baiklah ia
bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri’. Bekerja keras = kopiao (bahasa Yunani yang berarti bekerja dengan usaha yang bisa
membuat orang merasa lelah atau bosan). Di sini saya pikir Paulus menekankan
pada berusaha dengan ketekunan dan keuletan. Paulus tidak ‘ngomong doang’
tentang hal ini. Dia juga bekerja, dia adalah seorang tukang kemah (KPR 18:23).
Dia bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya (1 Kor 4:12).
Dengan tangannya sendiri: tangan = cheir (bahasa Yunani, yang digunakan juga menggambarkan ‘tangan’ Allah
yang bekerja menciptakan alam semesta dan segala isinya). Kita yang diciptakan
sesuai dengan gambar dan rupa Allah, diberikan kreativitas dan intelektualitas
yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Manfaatkanlah semua
potensi yang Tuhan sudah berikan itu sebaik mungkin dalam pekerjaan kita.
Ada yang
mengatakan jangan kerja keras, tapi kerja cerdas. Saya pikir dua hal tersebut
saling melengkapi. Kalau kita membaca biografi orang-orang yang dikenal
memiliki intelektual tinggi, misalnya dalam bidang sains, mereka adalah
orang-orang yang ulet dan bekerja keras menggunakan kecerdasan mereka untuk
memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan kecerdasan (kreativitas dan
intelektualitas) yang Tuhan berikan disertai dengan ketekunan dan kesungguhan,
kita akan menghasilkan suatu karya yang luar biasa melalui pekerjaan kita. Saat
ini nampaknya semangat kerja keras dan cerdas ini mulai luntur dari bangsa kita
ini. Orang maunya instan, tidak mau berpikir dan berusaha, maunya cepat kaya
kadang dengan menghalalkan segala cara. Melalui kerja keras dan cerdas kita
bisa menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar kita.
Tujuan dari
bekerja keras tadi adalah : supaya ia
dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Saya pikir ini
adalah hal yang luar biasa. Bekerja keras bukan untuk memenuhi hawa nafsu
pribadi seperti orang yang tidak mengenal Allah, tetapi untuk bisa berbagi
kepada yang berkekurangan. Saya pikir ini bisa dibilang juga sebagai semangat
gotong royong. Yang bisa mengerjakan dan menghasilkan lebih, membantu yang
kurang mampu. Bangsa kita kelihatannya saat ini juga mulai kehilangan hal ini.
Entah mungkin keadaan yang semakin berat membuat orang makin egois, makin tidak
bisa mempercayai orang lain.
Sebagai penutup,
berkaitan dengan 17 Agustus 2015 – 70 tahun Indonesia merdeka, sumbangsih apa
yang bisa kita berikan untuk bangsa ini. Saya pikir mulai dari bentuk yang
‘sederhana’, kita bisa melakukan apa yang Paulus tuliskan di atas. Di tengah
kondisi yang sulit saat ini, marilah tidak korupsi, bekerja keras dan cerdas,
untuk berbagi dan menginspirasi orang-orang di sekitar kita. Tuhan menyertai
kita semua. Salam dan doa, halim, tf-94
No comments:
Post a Comment